Jumat, 23 Juni 2017

Kisah Menarik dari Syaikh Abdurrazaq Al-Badr -hafizahullah-

Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala, pelimpah rahmat dan karunia bagi seluruh alam. Shalawat serta salam kita haturkan kepada Nabi kita Muhammad Shallallahu 'alaihi wa Sallam, keluarga, para sahabat dan pengikut beliau hingga hari kiamat. Amma ba'du.
         Beberapa hari yang lalu, saya mendapatkan pesan masuk dari WhatsApp dan saya memeriksanya. Rupanya, pesan ini dikirimkan oleh seorang Syaikh kenalan saya yang bernama Syaikh At-Taysir -hafizahullah-. Beliau bekerja di cabang 'Arabul Quran di Saudi Arabia. Pusatnya ada di Mesir. Beliau tidak mengirimkan pesan tulis, hanya sebuah audio dan do'a yang acap kali disunnahkan pada Lailatul Qadr. Saya membuka file audio tersebut dan ternyata itu adalah sebuah kisah yang diceritakan oleh Syaikh Abdurrazaq Al-Badr.
          Beliau adalah seorang Syaikh yang sering mengisi di Indonesia. Beliau pernah mengunjungi ma'had tempat saya belajar, ALBINAA dan memberikan materi tentang Adz-Dzakaa Al-Ijtimaa'i (Kemampuan dalam Bergaul dengan Manusia) yang menjelaskan tentang tips bergaul sesama manusia dan beliau juga pernah mengisi di Masjid Al-Istiqlal, Jakarta dengan materi yang bertema Al-Amn (Keamanan) di mana beliau menjelaskan pentingnya stabilitas keamanan negara, dan Man Auliyaa'u Allah (Siapakah Wali-Wali Allah). 3 judul tadi adalah kuliah beliau yang saya hadiri. Sebenarnya, beliau memberikan materi di Indonesia sering sekali.
           Beliau, Syaikh Abdurrazaq -hafizahullah-  saat itu sedang membicarakan malam Lailatul Qadr dan beliau memberikan do'a yang diriwayatkan dari hadits Aisyah radhiyallahu 'anha ketika ia bertanya kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam do'a apa yang harus dibaca pada saat Lailatul Qadr. Beliau Shallallahu 'alaihi wa Sallam menjawab :
 قُولِى اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى

"Berdo'alah: Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, suka memaafkan, maka maafkanlah aku."(HR.At- Tirmidzi No.3513)
           Setelah itu, beliau, Syaikh Abdurrazaq -hafizahullah- menceritakan seperti ini dalam audio yang dikirimkan ke saya  :
          " Saya akan mengisahkan sebuah cerita. Saya menceritakan apa yang berfaidah saja. Tidak ada yang saya ceritakan kecuali saya ingin memberikan faidahnya. Beberapa tahun yang lalu, di malam ke 27 Ramadhan, saya keluar menuju Masjidil Haram bersama ayah dan kakek saya rahimahullah. Saat itu, ada sebuah mobil yang terletak jauh dari rumah kami. Di dalam mobil tersebut, ada suara musik yang keras dimainkan. Malam 27 ini diperkirakan sebagai Lailatul Qadr. Saya menghampiri mobil tersebut. Ternyata, di dalamnya, ada sekelompok anak-anak muda. Aku berkata kepada mereka, "Wahai anak-anak muda. Apakah kalian tidak mampu untuk shalat bersama para manusia dan berdo'a kepada Allah 'Azza wa Jalla di malam yang mulia ini? Minimal, matikan suara keras ini." Maka, mereka mematikannya.
           Kemudian, saya menyebutkan hadits ini (hadits yang tadi saya bicarakan), hadits dari Aisyah radhiyallahu 'anha. Kemudian, saya berkata kepada pemuda yang duduk dekat saya, "Apakah kamu hafal do'a tadi ?". Sang pemuda menjawab, "Ya." Kemudian, saya katakan, "Ulangi do'anya." Namun, setelah itu pemuda ini ingin mengulanginya sekali lagi. Kemudian, saya ulangi do'a tersebut dua kali untuknya. Lalu, saya katakan lagi, "Ulangi do'anya." Maka, mereka, para pemuda tersebut mengulangi do'anya. Kemudian, saya katakan kepada mereka, "Ini harus diulang-ulang. Hendaknya lidah-lidah kalian basah karenanya."                        
          Setelah itu, saya lupa lagi. Kira-kira, 5 atau 6 tahun kemudian, saya pergi ke sebuah badan keagamaan di salah satu kota. Saya bertemu dengan beberapa staff di sana. Setelah saya menyelesaikan urusan saya, saya duduk dan di sebelah saya ada seorang pemuda yang berjenggot, terlihat baik. Kemudian, pemuda ini berkata, "Apakah Anda ingat kelompok pemuda yang ceritanya seperti ini dan itu?" Dia ingat saya. Maka, saya katakan, "Ya. Saya ingat." Kemudian, pemuda ini berkata, "Saya adalah salah satu dari mereka. Demi Allah, Allah 'Azza wa Jalla telah memberiku petunjuk di malam itu." Ia berkata, " Sejak malam itu, saya terus mengucapkan do'a tersebut. Aku berdo'a kepada Allah dan mengulang-ulang do'a tersebut. Tidaklah tersisa di hatiku cinta kepada sesuatu yang batil dan haram." Ia berkata, "Allah telah menghilangkannya."
          Yang ingin saya sampaikan adalah sudah seyogyanya bagi kita untuk bekerja sama dalam perkara ini (dakwah kepada kebaikan). Sekarang, sudah ada sarana-sarana komunikasi. Kalau Anda punya kerabat yang pernah berbuat dosa atau maksiat, kirimlah kepada mereka nasihat. Katakanlah, 'Saya memberikanmu nasihat dengan cara memperbanyak doa ini :
 اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى
"Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, suka memaafkan, maka maafkanlah aku." (HR. At-Tirmidzi No.3153)  
       
          Perbanyaklah do'a yang agung ini di 10 hari terakhir.' 

          Begitulah sekiranya kisah yang disampaikan Syaikh Abdurrazaq hafizahullah yang tentunya memberikan kita faidah yang amat mulia. Hendaknya kita memperbanyak do'a yang disampaikan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam. Do'a yang akan membersihkan dosa dan maksiat yang kita perbuat. Sebab, jikalau Allah sudah memaafkan, maka dosa itu tidak lagi teranggap dan seakan-akan kita tidak pernah melakukannya. 
         Demikian. Semoga bermanfaat bagi para pembaca. Walhamdulillahirabbil 'alamin.


Rabu, 21 Juni 2017

Belajar YES, Menghafal Al-Quran YES

Tahukah kamu bahwa ketaatanmu kepada Allah adalah berkah bagi waktumu dan hikmah dalam hidupmu. Sekiranya, ada tekad dan semangat dalam dirimu yang kamu berikan, kamu akan menemukan keluasan waktu untuk menghafal. Kalau kamu meminta, Allah akan memberkahimu dalam waktu dan pemahamanmu, dan membimbingmu menuju kebaikan yang banyak yang merupakan buah ketaatanmu. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :

                                                                                                           وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ وَيُعَلِّمُكُمُ اللَّه

"Dan bertakwalah kalian kepada Allah, maka Allah akan mengajarkanmu." (Q.S Al-Baqarah : 282)-pent 
 Bila terkumpul ilmu, takwa, dan ketaatan kepada Allah. Mari kita saksikan seorang pemuda yang konsisten ini. Bagaimana ia menghafal Al-Quran di waktu belajarnya? 
       Dalam sistem universitas, pengajaran materi dilakukan di kelas-kelas yang berbeda-beda dan banyak. Berpindah dari satu kelas ke kelas lain membutuhkan beberapa menit di mana berkumpul pula seluruh mahasiswa. Nah, dalam perpindahan dan waktu kosong ini, dia menggunakannya untuk menikmati kedua belah mushafnya. Semangatnya meninggi tiada tara. Pemuda ini menghabiskan waktunya. Dia bergerak cepat ke tempat kuliah selanjutnya kemudian menghadap ke mushafnya dan menghafal 5 ayat, 6 ayat, kurang atau lebih di waktu yang terbuang bagaikan debu yang berterbangan. Seperti inilah, hasilnya ia selesai juz pertama kemudian ke juz kedua, juz ketiga dengan cara ini. 4 tahun ia lewati (periode belajarnya di universitas) dan ia sudah mengkhatamkan Al-Quran secara diam-diam dengan cara yang menakjubkan ini di waktu yang kosong. Maka, ia lulus dari universitas membawa ijasah universitas yang didahului dengan membawa Kitabullah di dadanya. 
      Banyak yang memandang rendah waktu ini (ketika para mahasiswa masih berdatangan). Mereka menghabiskannya dengan mengobrol, bercanda, atau bermain. Tapi, marilah perhatikan kalau misalnya di universitas hanya 5 pelajaran :
      5 pelajaran, jeda waktu antara satu pelajaran dengan yang lain adalah 10 menit = 50 menit setiap hari. 
      Seminggu 250 menit
      Sebulan 5000 menit
      Setahun 5.000.000 menit yang sama saja seperti 200 jam dalam setahun.
      Dalam kurun waktu 4 tahun 200.000 menit yang sama saja seperti 800 jam.
      Inilah waktu-waktu yang terbuang dan berlalu begitu saja dalam kebanyakan hidup para mahasiswa, malah semuanya. Ini waktu yang tak ada nilainya bagi seluruh orang. Nah, bagaimana kalau kita hitung waktu yang amat banyak ini yang tidak di sana atau di sini sia-sia saja? Maka pemuda yang paling bersemangat dalam memanfaatkan waktunya ini telah selesai kuliah dan terkumpul dalam hatinya hafalan Al-Quran secara sempurna. Selainnya, mereka yang selesai kuliah tidak mendapatkan apa-apa.

Sumber : Laisa Ladayya Waqtun Bisababi Diraasatii, Bab Kedua Asbab Mu'awiqaat Al-Hifz 
              wa Namaadzuj Najihah Tahatthat Hadzihi Al-'Aqabaat dari kitab Qisshatii fii 
              Hifzhil Quran oleh Ustadzah Muna Said Iliwah -hafizhahaallah- 
              terbitan Daar Aal Yaser 
Penerjemah : Raihan Syawwary (Santri ALBINAA Islamic Boarding School) 

Jumat, 16 Juni 2017

Agama dan Kehidupan: Menyatu atau Terpisah?

Kenyataan yang kita jalani hari ini bersaksi akan samarnya nuansa agama dari kehidupan kita. Hal tersebut merupakan akibat dari sedikit pemahaman tentang Islam yang mana hanya kita batasi dengan perkara-perkara atau syiar-syiar ta'abuddiah (peribadatan) saja, seperti shalat, puasa, zakat, dan haji. Dan sewaktu-waktu, kita tidak menemukan aplikasi apapun di sekian banyak bidang yang bervariasi yang dapat memberi arahan kepada hidup kita secara islami. Bahkan, kalau kita menemukannya sekalipun, jumlahnya sangat sedikit walaupun banyak orang yang bersemangat dalam melaksanakan syiar-syiar tersebut, khususnya shalat yang merupakan tiang agama. Namun, di depan kita, kita melihat ada yang kurang dalam mu'amalah. Seakan-akan, Allah, yang mana di hadapan-Nya kita berdiri shalat 5 kali sehari, Dia tak melihat kita dan tidak bersama kita setelah kita shalat. Seakan-akan kita mengidap penyakit skizofernia (merupakan kelainan mental yang kronis dan parah yang mempengaruhi cara seseorang berpikir, merasa, dan berprilaku. Biasanya, pengidapnya akan merasakan hilang hubungan dengan kenyataan. Meskipun tidak seumum penyakit cacat mental lainnya, penyakit ini dapat menyebabkan kelumpuhan- kutipan dari penerjemah yang diambil dari https://www.nimh.nih.gov/health/topics/schizophrenia/index.shtml)
         Yang dapat memperparah penyakit dan pemahaman yang salah ini adalah perbuatan-perbuatan beberapa aktris atau penyanyi perempuan dalam talkshow di TV atau radio, tentang bangganya dia sebagai seorang muslimah, atau dia sudah haji 2 kali atau lebih, dia shalat dan puasa di samping dia juga bermain peran dalam aksi yang melanggar adab, membuat video klip yang tidak benar, dan ia yakin bahwasanya ia telah melaksanakan kewajiban agamanya secara sempurna karena dia memahami bahwa Islam adalah shalat, zakat, haji, tidak yang lain. Inilah yang disebut dengan Al-Iflas (bangkrut). 
          Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda : "Apakah kalian tahu siapa itu Al-Muflis (orang yang bangkrut) itu?" Para sahabat menjawab : " Orang yang bangkrut di antara kami adalah orang yang tidak memiliki dirham dan tidak memiliki harta/barang." Maka, beliau bersabda : "Sesungguhnya Al-Muflis ialah orang dari kalangan umatku yang datang pada hari kiamat membawa pahala shalat, puasa, zakat. Namun, dia telah memaki si ini, menuduh tanpa bukti si ini, memakan harta si ini, menumpahkan darah si ini, dan memukul si ini. Maka, orang yang (dimaki) ini diberi bagian dari kebaikannya (si pemaki), orang yang (dituduh tanpa bukti) ini diberi juga dari kebaikannya (si penuduh), apabila kebaikannya sudah habis sebelum selesai proses penghisaban, maka kesalahan-kesalahan orang-orang yang diambil dan dilempar kepadanya dan ia dilemparkan ke neraka." (HR.Muslim, At-Tirmidzi diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu)
          Hadits tersebut menjelaskan sebuah permasalahan yang berbahaya yang dihadapi seorang Muslim, yaitu terlantarnya kebaikan-kebaikan yang dikumpulkannya dari segi peribadatan yang sifatnya sebagai syi'ar agama dikarena ia melalaikan peribadatan yang sifatnya ta'amuliah (caranya memperlakukan orang/sesuatu). Memaki, memakan harta manusia secara batil baik dalam komersial, riba, atau semacamnya yang merupakan cara-cara penipuan yang terus menerus tanpa henti dilakukan oleh pelakunya, dan dalam masalah warisan dengan menguasai bagian yang tersisa, atau menghalangi perempuan dari mendapatkan bagian, atau selain itu. Ini adalah musibah yang besar. Sayangnya, musibah ini telah tersebar. Kebanyakan orang sudah berprinsip ( Al-Ghaayah Tubarriru Al-Wasilah; maksudnya adalah tujuan kita selama itu baik maka apapun cara mendapatkannya pasti juga jadi baik). Mereka tidak peduli apakah tujuan dan caranya membuat Allah ridha atau murka selama mereka mengerjakan shalat dan zakat.
          Allah Ta'ala berfirman :
                                                                                      إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَىٰ أَهْلِهَا
 "Sesungguhnya, Allah memerintahkan kalian agar kalian memberikan amanah kepada orang yang berhak menerimanya." (Q.S An-Nisa : 58)
           Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda :
"Tidak ada iman orang yang tidak memiliki sifat amanah, dan tidak ada agama orang yang tidak memiliki sifat menepati janji." (HR.Ahmad diriwayatkan oleh Anas bin Malik) Yakni : Sesungguhnya, orang yang mengkhianati amanah -dalam bermu'amalah- menyelisihi Allah dalam urusannya, tidaklah dia beriman menurut hadits ini. Dari hadits ini, bisa diambil pelajaran bahwa syi'ar-syi'ar tersebut (shalat, zakat, puasa, dll) hanyalah bagian dari agama, dan bukan agama seluruhnya (dengan melakukannya, kewajiban agama selesai -pent).
           Pemahaman kita yang kurang akan Islam membuat banyak sekali orang yang enggan dan takut akan agama. Kita shalat, kita puasa, ada juga dari kita yang berhaji setahun sekali, tapi kita berbuat curang, berbohong, menipu. Maka, seandainya cara kita mu'amalah benar, orang-orang pasti akan merasa cinta dengan agama kita.
           Tentang ini, Syaikh Muhammad Ratib An-Nabulsi berkata : "Masalah yang sekarang adalah saudara-saudara kita yang berasal dari negara asing masuk Islam, mereka jujur terhadap Allah 'Azza Wa Jalla dan menjadi terkenal di negeri-negeri mereka, kemudian mereka datang ke Timur -yang merupakan sumber ilmu agama- maka terkejutlah mereka; mereka mendapati kebohongan. Misalnya, seorang wanita Amerika atau Jerman masuk islam dan menjadi bintang di negerinya. Ia datang ke Timur dan berkata : "Ini tidak masuk akal. Apakah ini para muslimah, wahai Syaikh?" Karena itu, saya katakan kalau seandainya mereka datang ke Timur sebelum masuk Islam, mereka tidak akan masuk Islam. Tetapi, nyatanya mereka masuk Islam dan mengira bahwa kami di Timur memiliki sifat istiqamah dan akhlak yang baik. Namun, mereka menemukan sebaliknya. Tidak ada keistiqamahan pada diri kami. Kita memiliki syi'ar-syi'ar Islam, tetapi cuma sebagai sesuatu yang mencolok di perhatian saja. Adapun keistiqamahan, maka sama sekali tidak ada." (Syarh Al-Hadits Asy-Syarif -Ithaful Muslim- Ad Dars (16-44) Ad-Din Al-Mu'amalah) 
             Maka, dengan ini saya katakan kepadamu wahai saudaraku yang mulia. Jagalah dirimu. Jangan menjual agamamu dengan harga yang sedikit, agama adalah mu'amalah dan kami tidak dapat menolong karena kami tidak bisa menolong. Dan saya tidak katakan pada Anda : Jangan shalat! Tetapi, shalatlah, puasalah.  Namun, bukan berarti Anda yang sudah melakukan shalat dan puasa tadi lantas Anda sudah melaksanakan agama ini dengan sempurna.

Sumber : http://www.alukah.net/culture/0/117381/ Fashl Ad-Din 'An Al Hayat oleh Syaikh
              Muhammad Razuk 
Penerjemah : Raihan Syawwary (Santri ALBINAA Islamic Boarding School) 

Selasa, 06 Juni 2017

Dunia Islam yang Baru

Kita sebut saja abad ke 13 H (19 M) sebagai permulaan sejarah baru dalam dunia Islam.
Dunia Islam bila digambarkan secara umum, terletak di dua benua yaitu Asia dan Afrika. Di benua Asia ini terdapat kaum Muslimin dalam jumlah terbesar, lebih dari 580 juta orang yang bila dipersentase kan, maka berkisar antara 26 - 28 persen dari penduduk benua tersebut.
Adapun Benua Afrika, jumlah kaum Muslimin yang ada di sini mencapai sekitar 250 juta orang, sekitar 60 % dari total penduduk. Melihat perkembangan ini, maka ada sebuah ungkapan yang diberikan kepada Afrika yaitu Al Qaarah Al Muslimah (Benua Muslim) atau Qaarah Al Mustaqbal Bin Nisbah Lil Islam (Benua Islam di Masa Depan) karena persentase kaum Muslimin terus menerus meningkat dibandingkan dengan  non Muslim di benua ini.

Penjajahan Eropa Terhadap Dunia Islam 
Sejarah baru bagi dunia Islam terikat kuat dengan gerakan penjajahan Eropa. Gerakan penjajahan ini gerakan khusus sebagai pemisah hubungan antara dunia Islam di satu sisi, dan negara-negara Eropa di sisi lain. Terjadi di permulaan abad ke 10 H (16 M) sampai pertengahan abad ke 14 H (20 M).
Selama periode inilah, ada dua tahapan penting dalam penjajahan Eropa terhadap dunia Islam.

A. Tahapan Penjajahan Pertama 
Tahapan ini bermula di sepertiga pertama abad ke 13 H dan dipimpin oleh dua negara Eropa yaitu Spanyol dan Portugis.
Diketahui bahwasanya orang-orang Nasrani di Spanyol terlibat dalam Perang Salib yang lama melawan kaum Muslimin di Andalus. Mereka mulai menaklukkan distrik-distrik Islam satu per satu hingga ibukota negara Bani Al Ahmar (Kota Granada) terjatuh pada tahun 898 H. Dengan jatuhnya kota tersebut, terbenam sudah surya hukum Islam di Semenanjung Iberia (Andalus). 2 negara Eropa tersebut akhirnya bisa memanfaatkan buah hasil peradaban Islam di Andalus dan berkembang menjadi dua negara besar dan kemudian bergegas untuk menguasai banyak wilayah-wilayah Islam. Masing-masing negara tersebut mengambil bagian dalam peperangan dan penjajahan.
Negara Portugis berbalik menuju arah Timur di mana negara tersebut mendapatkan banyak kemenangan melawan kaum Muslimin. Maka, di tahun 919 H (1513 M (pengubahan dari penerjemah setelah merujuk ke petabandung.net) para penduduk Portugal menempati Tsagr Eden، di selatan Jazirah Arab, kemudian menduduki Oman di Teluk Arab pada tahun selanjutnya.
Ini terjadi di Benua Asia. Adapun di Benua Afrika, penduduk Portugal menempati banyak pusat-pusat penting di pantai - pantai Mauritania، Senegal, Gambia, Sierra Leone, Nigeria, Tanzania, dan Somalia.
Begitulah bagaimana Portugis menaklukkan banyak pusat-pusat Islam yang penting di Benua Asia dan Afrika. Penjajahan nya terhadap Eden merupakan jalan usaha menguasai Laut Merah dan menerkam tempat-tempat suci di Hijaz.
Adapun Spanyol, target peperangan dan penjajahan nya adalah wilayah-wilayah di Samudera Hindia dan sampai di Filipina tahun 928 H, dan disanalah terjadi perang hebat antara Spanyol dan kaum Muslimin dalam periode yang lama.

B. Tahapan Penjajahan Kedua 
Bersamaan dengan berjalannya waktu, kekuatan Portugis dan Spanyol melemah dan muncul negara-negara Eropa yang lain yang ingin menjajah dunia Islam, menguasai penduduknya, mengambil kebaikan dan kekayaannya. Tahapan kedua ini termasuk penjajahan Eropa terhadap dunia Islam.
Di tahapan ini, muncul beberapa negara Eropa yaitu Inggris, Perancis, dan Rusia.
Adapun Rusia terlibat dalam segelintir perang melawan Daulah Utsmaniyyah sebagaimana halnya Rusia menaklukkan negeri negeri Muslimin Tatar di Asia Tengah. Ketika Rusia datang pada tahun 1197 H, luas daerah-daerah Islam yang direbut oleh Rusia mencapai tiga perempat juta kilometer persegi.
Dan Perancis melakukan kampanye melawan Mesir tahun 1213 H (1798 M) dan tujuan Perancis menaklukkan Mesir adalah memotong jalur perdagangan antara India dan Inggris. Namun, penduduk Mesir menahan Spanyol dari penjajahan hingga terpaksa harus angkat kaki dari Mesir.
Perancis menuju ke Afrika Selatan dan berhasil menaklukkan Jazair tahun 1247 H (1830 M), Tunisia tahun 1299 H (1881 M), Mauritania tahun 1321 H (1903 M), serta Maroko tahun 1331 H (1912 M).
Di bagian barat Benua Afrika, Perancis melakukan obligasi penjajahan nya terhadap banyak negara Islam; Guinea, Mali, Nigeria, Pantai Gading, dan Djibouti.
Kemudian, Perancis menembus jantung Benua Asia dan menduduki Afrika Tengah tahun 1318 H (1900 M), dan Perancis berbagi dengan Inggris dan Jerman untuk negara-negara di sekitar Danau Chad. Ini terjadi di 2 dekade pertama dan kedua abad ke 14 H.
Dari sini, jelaslah bagi kita bahwa Perancis menaklukkan sebuah bagian besar dari negara-negara Islam di Afrika, di Selatan, Barat, dan Tengah. Luas wilayah yang telah dijawab oleh Perancis di Benua Afrika diperkirakan lebih dari setengah luas negara-negara Islam.
Inggris saling berkompetisi dengan Perancis dalam menaklukkan negara-negara Islam. Di Benua Afrika, Inggris menaklukkan Gambia, Nigeria, Sierra Leone, Somalia Inggris, Mesir, Sudan, dan Zanzibar. Inggris menaklukkan negara-negara tersebut di abad ke 13 H (19 M). Luas wilayah yang ditaklukkan Inggris di Benua Afrika mencapai setengah pencapaian penaklukkan Perancis.
Di samping Perancis dan Inggris, ada bagian penjajahan terhadap beberapa wilayah di Benua Afrika yang juga dilakukan oleh negara-negara Eropa lain. Jerman menjajah Togo, Tanganyika, dan Kamerun di tahun tahun pertama abad ke 14 H. Dan Italia menguasai Eritria dan sebagian dari Somalia dan Italia menamakannya Somalia Italia, dan melakukan invasi Libya.
Spanyol melakukan obligasi kekuasaan terhadap Sahara Maroko tahun 1331 (1912 M). Portugal mendapatkan sebagian dari Gambia yang dikenal sebagai Guinea Portugal.
Dari pemaparan ini, tampak bagi kita bahwa negara-negara Islam di Benua Afrika berada di bawah penjajahan Eropa sebelum Perang Dunia, kecuali Habasyah. Luas wilayah yang ditaklukkan negara-negara Eropa mencapai 18.000.000 kilometer persegi.
Di Benua Asia, Inggris berhasil menaklukkan pantai Semenanjung Arab dimulai dari Eden, Yaman Selatan, kemudian Oman, Kuwait, Qatar, Bahrain, dan wilayah Gulf Coast (yang sekarang dikenal dengan Uni Emirat Arab). Dan Inggris juga menaklukkan sub-benua Hindia, Maladewa, Semenanjung Melayu, dan bagian selatan Borneo (Kalimantan).
Belanda juga mendapat bagian penjajahan dunia Islam. Belanda menjajah Indonesia di tahun 1214 H (1858 M).
Adapun Rusia telah menjajah wilayah yang luas di bagian Tenggara dunia Islam, mencapai 4.000.000 km.
Kemudian, Cina juga mengafiliasi bagian-bagian terdekat dari dunia Islam. Bagian-bagian ini terletak di Turkistan Timur yang luasnya mencapai sekitar 1.700.000 kilometer persegi.

Sumber : Al 'Alaam Al Islamii Al Hadiits dari kitab Shuwar Min At Tarikh
Penerjemah : Raihan Syawwary (Santri ALBINAA Islamic Boarding School) 

Jumat, 16 Desember 2016

HUKUM BERMALAS-MALASAN UNTUK MELAKUKAN SEBAGIAN KEWAJIBAN

“Apakah hukum seseorang yang mentauhidkan Allah Ta’ala akan tetapi ia bermalas-malasan untuk melakukan sebagian kewajiban?”

Jawab :
Ini menjadi pengurang keimanan, dan seperti inilah siapapun yang melakukan kemaksiatan, imannya berkurang menurut Ahlu Sunnah wa Al-Jama’ah; karena, mereka berkata bahwa iman adalah perkataan, perbuatan, dan aqidah yang bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan maksiat. Sebagai contohnya adalah : meninggalkan puasa Ramadhan tanpa udzur, maka ini adalah maksiat besar yang mengurangi iman dan melemahkannya, dan sebagian ulama mengkafirkan orang ini karena itu.

Tetapi, yang shahih : Bahwasanya ia tidak kafir karena itu selama ia masih mengakui kewajibannya, tetapi dia berbuka selama beberapa hari karena berlonggar-longgar adan malas. Dan seperti inilah seandainya ia mengakhirkan zakat dari waktunya karena berlonggar-longgar atau tidak mengeluarkannya maka ini adalah maksiat besar dan kelemahan iman, dan sebagian ulama mengkafirkannya karena meninggalkannya, dan seperti inilah seandainya ia memutuskan tali silaturahmi atau durhaka kepada kedua orangtuanya. Dan ini merupakan kekurangan dan kelemahan pada iman, dan juga pada kemaksiatan yang lainnya.

Adapun meninggalkan shalat, maka ini membatalkan iman dan menyebabkan murtad walaupun ia tidak menolak wajibnya berdasarkan yang paling shahih; dari hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam: “ Pokok setiap perkara adalah Islam, tiangnya adalah shalat, dan puncaknya adalah jihad di jalan Allah.” Dan sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam: “Perjanjian antara kita dan mereka (orang-orang kafir) adalah shalat. Maka, barangsiapa meninggalkannya, maka ia benar-benar kafir.” Dan di hadits-hadits lain yang menunjukkan hal tersebut.

Sumber : http://www.binbaz.org.sa/fatawa/10 Hukm At-Takaasul 'An Ba'dil Waajibaat

Penerjemah : Raihan Syawwary (Santri ALBINAA Islamic Boarding School)