Niat Sebenarnya dalam Menuntut Ilmu
Al-Imam Ahmad berkata: "Tidaklah ilmu itu sama dengan apapun bagi orang yang niatnya benar." Maka, orang-orang bertanya: "Dan bagaimanakah benarnya niat itu, wahai Abu Abdillah?" Maka, ia menjawab: "Ia berniat untuk menghilangkan kebodohan dari dirinya dan orang lain."
Ibnu Al-Qayyim -semoga Allah merahmatinya- pernah berkata: "Semua kemaksiatan memiliki bekas yang amat buruk dan tercela, dapat membahayakan hati dan badan. Tidak ada yang tahu kecuali Allah.
Dan salah satu dari bekas-bekas buruk tersebut adalah: Terhalangnya ilmu. Sebab, ilmu adalah cahaya yang Allah tanamkan di dalam hati. Dan kemaksiatan mematikan cahaya tersebut.
Tatkala Imam Asy-Syafi'i duduk di depan Imam Malik dan menyetorkan bacaannya kepada beliau, Imam Asy-Syafi'i membuat takjub Imam Malik dengan keahliannya, kecerdasannya yang menyala-nyala, dan kesempurnaan pemahamannya. Imam Malik berkata: 'Sungguh, saya melihat Allah telah memberikan cahaya di hatimu. Maka, janganlah engkau mematikannya dengan gelapnya maksiat.'
Imam Asy-Syafi'i -semoga Allah merahmatinya- berkata :
Saya mengadukan buruknya hafalan saya kepada Waki'
Maka, ia memberikanku nasihat untuk meninggalkan maksiat
Ia berkata : 'Ketahuilah, bahwa ilmu adalah cahaya.
dan keutamaan Allah tersebut tak akan diberikan kepada tukang
maksiat.'
(Al-Isytigal Fii Tathhiri Azh-Zhahir wal Bathin Min Syawaaibil Mukhaalafaat dari kitab Aadaabu Thaalibil 'Ilmi oleh Syaikh Abu Abdillah Muhammad bin Sa'id bin Ruslan, hal.39)
قال الإمام أحمد : العلم لا يعدله شيء لمن صحت نيته. قالوا : و كيف تصح النية يا أبا عبد الله؟ قال : ننوي رفع الجهل عن نفسه و غيره
Al-Imam Ahmad berkata: "Tidaklah ilmu itu sama dengan apapun bagi orang yang niatnya benar." Maka, orang-orang bertanya: "Dan bagaimanakah benarnya niat itu, wahai Abu Abdillah?" Maka, ia menjawab: "Ia berniat untuk menghilangkan kebodohan dari dirinya dan orang lain."
(Al-Fash Al-Awwal : Aadaabu Ath-Thalib Fii Nafsihi dari kitab Syarh Hilyah Thalibil Ilmi oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin)
Tahapan Mendapatkan dan Menggunakan Ilmu
قال سفيان بن عيينة -رحمه الله-: أول العلم حسن الاستماع, ثم الفهم, ثم الحفظ, ثم العمل, ثم التشر. فإذا استمع العبد إلى كتاب الله و سنة نبيه بنية صادقة على ما يحب الله تعالى, أفهمه كما يجب, و جعل له في قلبه نورًا
Sufyan bin 'Uyaynah -semoga Allah merahmatinya- pernah berkata: "Ilmu pertama kali didapat dengan mendengarkan baik-baik, kemudian memahaminya, lalu menghafalnya, dan kemudian menyebarkannya. Maka, apabila hamba tersebut mendengar tentang Kitabullah (Al-Quran) dan Sunnah Nabi ( Al-Hadits) dengan niat yang benar di atas segala yang dicintai Allah, niscaya Allah akan memahamkan padanya ilmu tersebut sebagaimana mestinya, dan menjadikan cahaya baginya di dalam hatinya."
(Min Aqwaalil 'Ulama fil 'Ilmi wa Thalabihi oleh Mulhim Duubani, artikel diambil dari alukah.net)
Maksiat Mematikan Cahaya Ilmu
شكوت إلى وكيع سوء حفظي
Maksiat Mematikan Cahaya Ilmu
قال ابن القيم -رحمه الله-: (( للمعاصي من الآثار القبيحة المذمومة, المضرة بالقلب و البدن في الدنيا و الآخرة, ما لا يعلمه إلا الله
منها : حرمان العلم, فإن العلم نور يقذفه الله في القلب والمعصية تطفئ ذلك النور
ولما جاس الشافعي بين يدي مالك وقرأ عليه, أعجبه فور فطنته, و توقد ذكائه, وكمال
فهمه. فقال : أني أرى الله قد ألقى على قلبك نورًا فلا تطفئه بظلمة المعصية
:و قال الشافعي رحمه الله
شكوت إلى وكيع سوء حفظي
فأرشدني إلى ترك المعاصي
و قال : اعلم بأن العلم نور
((و فضل الله لا يؤتاه عاص
Ibnu Al-Qayyim -semoga Allah merahmatinya- pernah berkata: "Semua kemaksiatan memiliki bekas yang amat buruk dan tercela, dapat membahayakan hati dan badan. Tidak ada yang tahu kecuali Allah.
Dan salah satu dari bekas-bekas buruk tersebut adalah: Terhalangnya ilmu. Sebab, ilmu adalah cahaya yang Allah tanamkan di dalam hati. Dan kemaksiatan mematikan cahaya tersebut.
Tatkala Imam Asy-Syafi'i duduk di depan Imam Malik dan menyetorkan bacaannya kepada beliau, Imam Asy-Syafi'i membuat takjub Imam Malik dengan keahliannya, kecerdasannya yang menyala-nyala, dan kesempurnaan pemahamannya. Imam Malik berkata: 'Sungguh, saya melihat Allah telah memberikan cahaya di hatimu. Maka, janganlah engkau mematikannya dengan gelapnya maksiat.'
Imam Asy-Syafi'i -semoga Allah merahmatinya- berkata :
Saya mengadukan buruknya hafalan saya kepada Waki'
Maka, ia memberikanku nasihat untuk meninggalkan maksiat
Ia berkata : 'Ketahuilah, bahwa ilmu adalah cahaya.
dan keutamaan Allah tersebut tak akan diberikan kepada tukang
maksiat.'
(Al-Isytigal Fii Tathhiri Azh-Zhahir wal Bathin Min Syawaaibil Mukhaalafaat dari kitab Aadaabu Thaalibil 'Ilmi oleh Syaikh Abu Abdillah Muhammad bin Sa'id bin Ruslan, hal.39)
